“Mercedes-Benz kita masih terbatas varian yang diproduksi di sini. Yang diproduksi di sini itu kan C-Class, E-Class, S-Class, ML-Class, GL-Class. Karena itu volume makernya. Udah ada komponen lokal, tapi saya lupa presentasenya. Tapi sudah sesuai dengan permintaan pemerintah,” kata Deputy Director Sales Operation Mercedes-Benz Passenger Car and Network Development Mercedes-Benz Indonesia, Kariyanto Hardjosoemarto di Jakarta.
“So far apa yang kita rakit di sini itu adalah untuk keperluan dalam negeri belum dalam bentuk ekspor,” lanjutnya.
Pihak yang berwenang memutuskan suatu negara untuk memproduksi dan mengekspor mobil Mercedes-Benz adalah pihak prinsipal Mercy. Jadi, pihak prinsipal Mercedes-Benz memutuskan suatu negara untuk menjadi basis produksi setelah melalui kalkulasi yang tepat.
“Mereka menentukan di market mana mereka cocok. Karena mereka juga harus menghitung skala ekonominya berapa biayanya,” sebut Kariyanto.
Untuk menentukan suatu negara memproduksi mobil Mercedes-Benz, semua biaya diperhitungkan. Setelah dikalkulasi, Mercedes-Benz menilai apakah memproduksi mobil di negara itu lebih efisien atau justru lebih boros.
“Efisiensi tentu pertimbangannya cost of production yang harus mereka hitung lagi. Semua cost dari komponen, labor cost, semua itu yang jadi pertimbangan. Misalnya ada pengenaan biaya ekspor, tax segala macam itu yang harus diperhitungkan secara jelas,” kata Kariyanto.
Dia mengatakan, untuk saat ini pihaknya belum berpikir untuk menjadikan Indonesia sebagai basis produksi mobil Mercedes-Benz.
“So far kita belum ke arah situ dan dari pusat pun belum ada pemikiran ke sana. Tapi mereka tentu punya perhitungannya,” tutup Kariyanto. (Detik.com)