Komparasi Ferrari vs Aston Martin – Anggapan “lebih banyak maka lebih baik” mungkin mulai kurang relevan pada saat ini, terutama ketika berkaitan dengan jumlah silinder pada suatu unit mesin mobil. Pandangan dunia yang saat ini lebih berfokus kepada penghematan energi dan perkembangan teknologi kendaraan lebih ramah lingkungan, membuat mobil-mobil berkapasitas mesin besar perlahan mulai memasuki masa senjanya.
Kami ingin percaya bahwa segmen pasar mobil bermesin V12 naturally-aspirated dengan kapasitas besar akan terus ada, tetapi kenyataannya perlahan mesin tersebut tergantikan dengan unit baru berkapasitas lebih kecil dan mendapatkan tambahan induksi, baik turbocharger, supercharger, ataupun sistem hybrid. Dengan waktu yang terus berjalan, akhirnya semua menjadi tak terelakkan, termasuk kepada dua manufaktur kendaraan yang hadir pada komparasi kali ini: Aston Martin dan Ferrari.
Sebelum membahas lebih dalam kedua merek sportscar mewah tersebut, kami ingin memberikan intermezzo sejenak bahwa Lamborghini juga masih memiliki model bermesin V12 naturally-aspirated yang ditawarkan di pasar saat ini, yaitu Aventador. Bahkan ‘banteng Italia’ tersebut baru saja memperkenalkan varian terbaru Superveloce yang lebih beringas dan mampu mencatat waktu putaran di Nürburgring Nordschleife kurang dari tujuh menit—seolah menjadi kabar kontras ketika harapan mobil-mobil kencang produksi massal masa kini hanya berada di tangan tiga hypercar hybrid; McLaren P1, Porsche 918 Spyder, dan LaFerrari.
Lalu mengapa kami tak menghadirkan Aventador bersama F12 Berlinetta dan Vanquish di sini? Ya, ketiga generasi V12 naturally-aspirated terakhir tersebut sama-sama menggunakan mesin berkapasitas di atas 6,0 liter, namun ada suatu hal yang mengganjal. Karakteristik supercar bermesin tengah dan flamboyannya tampilan Lamborghini akan membuat F12 dan Vanquish sebagai mobil grand tourer (GT) elegan kehilangan daya tarik ketika berpose bersama—dan hal tersebut tidak adil, karena dua model tersebut merupakan dua contoh masterpiece terbaik Ferrari dan Aston Martin yang pernah ada. Bahkan, setelah menikmati waktu bersama keduanya, kami sama sekali tak memiliki masalah dengan ketidakhadiran sang banteng tersebut.
Karena F12 dan Vanquish begitu elegan, mengesankan, sekaligus berkarakter. Dan di akhir sesi bersama keduanya, kami menyadari bahwa ketika Lamborghini Aventador akan menjadi mobil yang dikagumi, Ferrari F12 Berlinetta dan Aston Martin Vanquish adalah mobil yang akan Anda cintai.
Sebagai mobil GT, keduanya menawarkan semua kepraktisan konvensional sesuai kebutuhan dan harapan: mesin di bagian depan, pintu terbuka normal ke arah samping, dan bagasi di bagian belakang yang berkapasitas cukup mumpuni—mengingat kapabilitas keduanya yang begitu dahsyat. Posisi duduk, akses keluar masuk, dan visibilitasnya pun memudahkan kedua penumpangnya. Tidak ada acara menunduk terlalu rendah ataupun kepala takut terantuk atap mobil meskipun tinggi keduanya kurang dari 1,3 meter saja. Begitu Anda terbiasa dengan dimensi panjang dan lebarnya, percayalah kepada kami, inilah dua supercar GT yang benar-benar bisa Anda nikmati di beragam situasi apapun.
Secara kategorikal kendaraan, boleh saja keduanya memiliki kesamaan, namun ketika membicarakan kesan dan rasa pengendaraan, oh betapa perbedaannya melebihi jarak Bumi ke Bulan. Keduanya seolah memiliki keahlian di levelnya masing-masing, dan kami senang dengan kenyataan tersebut. Aura Vanquish begitu kental dengan kemewahan dan keanggunan yang membalut kekuatannya, sementara F12 seperti kotak pandora yang menyimpan kejutan di balik tampilan sinis nan tajamnya.
Aston Martin selalu memiliki daya tarik spesial yang tak pernah dimiliki oleh pabrikan mobil manapun di dunia. Sebagai model flagship-nya saat ini, Vanquish menjadi tolak ukur terbaik Gaydon dalam merepresentasikan tagline mereka: Power, Beauty, and Soul. Diperkenalkan pertama kali tahun 2012, mobil ini hadir sebagai suksesor generasi pertama Vanquish tahun 2001 silam yang pernah tampil pada film James Bond: Die Another Day, sekaligus penerus Aston Martin DBS, yang juga pernah muncul pada film James Bond: Casino Royale. Meskipun Agen 007 tak pernah sekalipun berkendara dengan mobil ini, ada daya tarik spesial yang sama ketika Anda melihat dan merasakan mobil ini.
Vanquish begitu indah dan tampan, dan kami memaklumi jika Anda, atau siapapun, menghabiskan waktu cukup lama mengeksplorasi setiap sudut mobil ini. Lampu belakang Vanquish yang terinsipirasi dari model “One Million Pound Aston” One-77 menjadi begitu cocok berada di bagian pantat Vanquish berkat proporsinya yang dikecilkan. Aston Martin berusaha menunjukkan beberapa material serat karbon pada splitter depan dan diffuser belakang, namun warna abu-abu justru membuat semuanya berpadu natural.
Ferrari, di satu sisi, hadir dengan gayanya yang khas. Pilihan warna merah pada unit tes ini menegaskan keberadaan sang Kuda Jingkrak. Suksesor Ferrari 599 yang dinobatkan sebagai Ferrari terkuat kedua produksi massal setelah LaFerrari ini pun memiliki teknologi aerodinamika canggih di guratan kap mesin dan bodi sampingnya, berikut flap depan yang hanya membuka ketika rem membutuhkan pendinginan lebih. Hebatnya, sebagai sebuah Ferrari, F12 justru memiliki akses bagasi lebih mudah daripada Vanquish berkat bukaan belakangnya yang seperti hatchback.
Kekontrasan tampilan eksterior keduanya berlanjut kepada tampilan interiornya. Dengan pilihan warna kulit hitam dan jahitan merah, Vanquish lagi-lagi menegaskan keanggunan level ultra-premiumnya. Sederhana, namun mewah dan tetap mengesankan. Jok quilted-leather dan lingkar kemudi yang bersisi samping nyaris rata menghadirkan kesan nyaman.
Konsol tengah (dan paddle-shift) Vanquish menggunakan material serat karbon, namun tidak seperti Ferrari yang dipulas mengkilap, Aston Martin justru memberikan tampilan doff yang mewah, sehingga kontrol rotari silver, touch-control AC dengan ‘haptic feedback’ terbaru, dan tombol transmisi dari capacitive-glass bisa terlihat dengan jelas. Tak lupa, sistem infotainment terbaru Aston Martin juga hadir pada Vanquish dengan tampilan lebih cantik dan intuitif, serta speaker Bang&Olufsen yang merangkak naik di dasbor ketika mobil dinyalakan.
Ferrari lebih menawarkan sensasi berkendara dibandingkan menikmati tampilan interiornya. Harus diakui, dasbor berwarna beige yang dikombinasikan dengan serat karbon mengkilap dan aksen silver dan merah bukan favorit semua orang. Berikut sistem kontrol layar infotainment dan kondisi mobil yang membutuhkan waktu untuk dipahami—seperti kontrol segala tombol di lingkar kemudinya. Beruntung, ketika melaju, F12 Berlinetta menghapus segala kekurangan tersebut dengan teriakan mesinnya.
Oh betapa maha karya Ferrari berada di balik kap mesin depannya. Unit mesin V12 6.262cc naturally-aspirated melengking dan berteriak begitu responsif hingga ke titik redline 8.750 rpm dengan mudah dari kondisi idle. Sejak anak kunci diputar dan menekan tombol di lingkar kemudi, mesin dan knalpot menyalak tajam, dan seketika Anda tahu waktu bersenang-senang bersama Kuda Jingkrak segera dimulai.
Lima pilihan mode Manettino, paddle-shift 7-percepatan berkopling ganda, 730 hp dan 690 Nm di pedal akselerator, serta cakram carbon-ceramic berukuran masif di keempat roda. F12 Berlinetta sangat cepat, sangat responsif, dan sangat terus memaksa Anda untuk meningkatkan batas adrenalin Anda.
Secara teori, F12 Berlinetta mampu berakselerasi dari 0-100 kpj dalam 3,1 detik dengan menggunakan Launch Control, dan siapapun, mampu mereplikasikan waktu tersebut dengan begitu mudah dan meyakinkan. Tempatkan pada mode Race, aktifkan transmisi manual, tekan tombol Launch, injak pedal rem dengan kaki kiri sembari meningkatkan boost melalui injakan dalam pedal akselerator, lepaskan pedal rem, dan Anda dapatkan waktu 3,1 detik. Ferrari tahu betul bahwa tenaga monster tersebut harus diperlakukan dengan piawai demi akselerasi sempurna, dan sistem tersebut bekerja dengan tak kalah sempurna. Tidak seperti sistem Launch Control BMW yang memusingkan (dan malah membuat ban belakang burn-out) ataupun Porsche yang membuat gugup, F12 melesat cepat dengan anggun tanpa masalah.
Banyak anggapan bahwa respon kemudi F12 berada di ambang batas kewajaran mengenai cepat dan tajamnya respon, dan kami mengonfirmasi bahwa hal tersebut benar. Pertama kali berkenalan dengan F12, kami sarankan “berkenalan” terlebih dahulu untuk memahami karakternya. Ya, mobil ini berbobot cukup berat, sekitar 1,6 ton, namun untuk membuatnya berpindah arah laju, Anda seolah hanya membutuhkan intuisi untuk menyadarkan mobil ini berpindah arah. Saat berkenalan pada kecepatan rendah tersebut, Anda juga akan menyadari betapa mudah dan nyamannya melaju dengan Ferrari GT ini.
Berharap mode Race akan menambah bobot kemudinya pun tak menolong banyak, dan hal tersebut menyadarkan kami. Ferrari meracik F12 Berlinetta untuk memamerkan kecanggihan teknologi mereka untuk masalah pengendalian. Ketika karakternya dipahami, mobil ini “menusuk-nusuk” ke semua penjuru arah begitu cepat, sesuai input dari pengemudi. Jika teknologi kemudi ini dipasangkan pada mobil konvensional, mungkin bagian ekor mobil akan terlempar dan tergelincir begitu mudah. Beruntung, kontrol traksi dan stabilitas brilian menjaga pergerakan bodi—sehingga Anda akan terus tertantang untuk mengeksplorasi lebih dalam mengenai kapabilitas maksimal F12.
Suguhan utama mesin V12 hadir ketika kami mencoba memaksimalkan kecepatannya di lintasan lurus. Pada lintasan kurang dari 800 meter sekalipun, F12 mampu menembus 230 kpj sebelum melakukan pengereman keras. Kami menyukai bobot dari setiap jentikkan paddle-shift Ferrari yang memberikan rasa kepercayaan diri kepada pengemudi. Lengkingan mesin menuju redline begitu adiktif, sehingga Anda ingin mengulangnya terus menerus tanpa sadar sudah melaju terlalu cepat.
Beruntung, cakram rem carbon-ceramic generasi kedua dan lebarnya tapak roda Bridgestone Potenza S007 membuat penghentian laju berlangsung cepat tanpa drama. Ferrari juga memiliki sistem untuk menambah tekanan rem secara otomatis ketika melakukan pengereman keras dari kecepatan tinggi. Kontrol stabilitas pun menjaga arah moncong tetap lurus dan terkendali ketika berdeselerasi, dan Anda pun ingin memacunya lagi dan lagi tanpa pernah merasa bosan.
Kecuali, ada Aston Martin Vanquish yang menunggu di sana untuk Anda rasakan. Dan seperti kekontrasan kesan dan auranya dengan F12 Berlinetta, pengalaman berkendara bersama Vanquish ternyata tidak berhadap-hadapan langsung dengan mobil asal Maranello, Italia tersebut.
Dengan mesin V12 5.935cc, Vanquish “hanya” menghasilkan tenaga 568 hp dan torsi maksimum 630 Nm. Jauh di bawah Ferrari. Begitupun dengan bobotnya yang lebih berat, 1.739 kg—meskipun Aston Martin telah menggunakan material serat karbon begitu ekstensif pada panel dan rangka bodi milik Vanquish.
Namun mobil ini jauh dari sifat pelan. Dengan transmisi otomatis ZF 8-percepatan terbaru yang ditempatkan di bagian belakang mobil demi menggantikan transmisi automated-manual 6-percepatan lama, Aston Martin berhasil memangkas waktu akselerasi 0,3 detik lebih cepat—menjadi 3,8 detik—dan kecepatan puncak 24 kpj lebih cepat—menjadi 324 kpj. Angka tersebut tetap terhitung cepat sekaligus mengesankan ketika melesat di dalam Vanquish.
Perpindahan dan bobot paddle-shift memang tidak selezat Ferrari, namun tetap cepat dan membuat Anda mendengarkan deruman dan geraman Aston Martin lebih sering berkat rasionya yang lebih rapat. Jangan salah, suaranya tetap keras dan menggairahkan. Namun dibanding Ferrari yang tajam, Aston lebih bulat dan nikmat untuk dinikmati dalam waktu lebih lama.
Hanya ada tombol ‘S’ untuk pilihan mode Sport, dan kami sarankan untuk selalu mengaktifkan mode ini bersama Vanquish. Perbedaan kenyamanan hampir nihil, mungkin karena joknya yang begitu empuk dan nyaman. Namun respon mesin dan perpindahan giginya menjadi lebih cepat sesuai dengan harapan Anda. Jika bersama Ferrari kami berhasil meraih 230 kpj, kami hanya mampu menembus 211 kpj dengan Aston. Toh kami tak mengeluh dengan hal itu. Setelah adrenalin terpacu bersama Ferrari, melesat dalam cangkang Aston Martin yang lebih nyaman dan menenangkan pada kecepatan tersebut membuat kami cukup terpana.
Uniknya, Aston Martin menggunakan cakram rem carbon-ceramic berukuran persis sama seperti Ferrari, tetapi tidak untuk sistemnya. Anda harus mengerem manual keras-keras untuk berhenti dari kecepatan tinggi tersebut tanpa menyadari asistensi apapun seperti si merah. Ditambah dengan bobot yang lebih besar, tanpa perlu pengukuran pun kita semua bisa memahami kalau Vanquish akan berhenti dengan jarak lebih panjang dibandingkan Berlinetta.
Kontras dengan Ferrari yang lincah, Vanquish justru seolah-olah berulang kali mengingatkan Anda bahwa dirinya adalah supercar GT berbobot besar melalui lingkar kemudinya. Cukup berat dan mantap, bahkan pada mode non-Sport sekalipun dan dalam manuver parkir sekalipun. Kami sempat berpindah lagi menggunakan F12, dan tiba-tiba kemudinya seperti mainan saja karena terlalu ringan.
Jika harus memilih di antara keduanya siapa yang lebih baik, mungkin kami dan juga Anda para pecinta sensasi berkendara penuh adrenalin, akan menempatkan Ferrari F12 Berlinetta di posisi yang lebih baik. Mesin V12 6,3 liter dan pengendaliannya patut dihujani jutaan pujian karena kedinamisannya yang tiada tara. Ketika ingin rileks di perkotaan sekalipun, F12 seketika dapat bertingkah layaknya hatchback normal berkat visibilitas jempolan ke seluruh penjuru arahnya, dan nikmati transmisi otomatis yang berpindah halus.
Kembali kepada fitrahnya sebagai “Ultimate Grand Tourer”, sebut Aston Martin, jika kami dihadapkan dengan jalanan panjang mengalir dan berkelok naik turun di pegunungan dengan pemandangan yang cantik, Vanquish pun tak kuasa kami tolak. Karakternya yang besar dan berat akan cocok ketika ingin menikmati perjalanan santai. Saat berhenti untuk beristirahat, Anda lalu kesulitan antara memandangi alam yang indah atau pahatan desain Aston Martin yang tak kalah elok.
Kemudian Anda berpikir untuk memiliki keduanya, dan hal tersebut mungkin saja menjadi keputusan terbaik. Dengan dua karakter yang kontras satu sama lainnya, Ferrari F12 Berlinetta dan Aston Martin Vanquish akan menjadi dua supercar GT bermesin V12 naturally-aspirated terakhir yang akan selalu mendapatkan reputasi jempolan hingga beberapa dekade mendatang. Aston Martin mengatakan bahwa mereka akan lebih berfokus kepada mesin turbo berkapasitas lebih kompak berkat kerja samanya dengan Mercedes-AMG. Sementara Ferrari, meskipun sudah mengonfirmasi akan terus melanjutkan mesin V12, namun tambahan sistem mild-hybrid akan diimplementasikan demi tuntutan zaman. Jika kedua mobil ini memang akan menjadi penutup perjalanan panjang tersebut, kami tak kuasa meminta akhir perjalanan yang lebih indah dan berkesan lagi. (Autocarindonesia.com)
Follow & Like :
Twitter : icebergWf
Instagram : icebergwf
Facebook : Iceberg Window Films