Perbandingan Jaguar XE vs BMW 3-Series – Jalanan dari Munich ke arah selatan menuju pegunungan Austria menjadi tempat terbaik bagi kami untuk mengumpulkan informasi sebanyak mungkin mengenai sedan sport Jerman terbaru. Kebetulan, salah satu sedan sport tersebut hadir dalam bentuk BMW 340i bertenaga 322 hp.
Mobil seperti ini dengan mudah menunjukkan tajinya di Autobahn Jerman. Mesinnya begitu mumpuni untuk memberikan pertunjukkan terbaik mengenai talentanya. Sasis serta sistem kemudinya telah diatur sedemikian rupa untuk menjaga stabilitas dan kontrol bodi saat melaju cepat. Jalanan Jerman memang begitu bagus kualitasnya, ditambah lagi kualitas kedua mobil yang hadir di sini pun cocok terhadap jalanan ini sehingga Anda mulai mempertanyakan mengapa di banyak negara maju justru diterapkan peraturan mengenai batas kecepatan.
Dengan BMW 340i, Anda tak perlu repot-repot melihat beragam rambu yang ada di jalanan. Ketika muncul rambu putih dengan bar diagonal hitam pada head-up display-nya, dengan mudah kecepatan Mach 2 bisa diimplementasikan pada mobil ini.
Namun Seri-3 terbaru kali ini tidak sendirian dalam menunjukkan hubungan intimnya dengan jalanan di tanah kelahirannya. Rivalnya dari Inggris, Jaguar XE S bertenaga 335 hp pun bisa melakukannya—tentu dengan caranya yang khas: dengan tingkat kelincahan lebih mapan, lebih tegas, dan lebih meyakinkan. Cara tersebut menjadi representasi asal tempat si mobil dibentuk.
Mobil terbaru, seperti manusia, berkembang sesuai lingkungannya. Hal tersebut tak terelakkan. Namun apa yang terjadi jika perbedaan asal tempat tersebut saling dihadapkan dalam waktu bersamaan? Manakah yang akan mampu menyingkirkan lainnya?
Cara pertama adalah, Anda harus menghadapkan keduanya. BMW baru saja meluncurkan versi terbaru dari Seri-3 di Munich ketika kami memulainya, dan kami meminta Jaguar untuk mengirimkan XE terbarunya melalui Channel Tunnel menuju ke tempat yang netral. Tempat tersebut adalah jalanan pegunungan Namlos Pass, tak jauh dari batas negara Austria.
Ketika sampai di sana, kami akan memulai pertempuran yang bisa berjalan terus menerus sepanjang masa. Titik pertama apakah Gaydon telah menemukan racikan terbaik untuk sedan terbaru dan paling terpentingnya pada dekade ini.
Inilah dia, perang antara Inggris melawan Jerman; model terbaru melawan sang ahli; hasil investasi terkini sebesar USD 3 miliar melawan kepiawaian selama lebih dari 40 tahun dalam menciptakan sedan kompak eksekuti terbaik di dunia secara konsisten.
Amunisi Terbaru BMW
Anda mungkin heran melihat kami menyajikan tulisan komparasi ini sebelum kami menampilkan rubrik First Drive dari model 340i. Ditambah lagi publikasi mengenai versi facelift BMW Seri-3 juga tak sebanyak dibandingkan ulasan kami mengenai XE. Mari kita selesaikan isu tersebut sebelum beranjak terlalu jauh.
Versi facelift ini ternyata tak sekedar mengalami perubahan tampilan minor, namun juga mendapatkan beberapa mesin generasi terbaru, transmisi terbaru, rombakan terkini pada sektor suspensi, serta interior yang lebih kaya dan lebih bergaya berkat peningkatan spesifikasinya.
Ada berita terbesar sekaligus paling menarik dari perubahan yang diemban oleh BMW Seri-3 terbaru. Tepatnya adalah pada mesin di varian terendahnya, New 318i, yang kali ini mengusung mesin jempolan 3-silinder 1,5 liter turbo bensin berkekuatan 134 hp. Mesin ini memberikan pilihan di segmen pasarnya sebagai kendaraan beremisi rendah sekaligus tetap mempertahankan kesenangan berkendara. Pada level piramida di atasnya, varian terpenting Seri-3 di Eropa, 320d, mendapatkan tambahan tenaga menjadi 188 hp, serta model 4-silinder turbo 328i berubah menjadi 330i bertenaga 248 hp. Selain transmisi terbaru, model 330d dan 335d masih menggunakan dapur pacu yang sama seperti sebelumnya.
Model flagship Seri-3 bermesin bensinnya (tidak termasuk M3) bahkan sekarang tampil lebih gahar dan berani berkat label terbaru 340i. Model ini menjadi mobil pertama BMW yang menggunakan mesin 6-silinder segaris 3,0 liter twin-scroll turbo generasi terbaru yang mengalami kenaikan tenaga 20 hp (menjadi 322 hp) dan torsi 50 Nm lebih besar dibandingkan 335i—model yang digantikannya.
Mesin terbaru ini pun sekilas memiliki kekurangan dibandingkan XE S, karena Jaguar telah menyematkan mesin F-Type V6 3,0 liter Supercharged bertenaga 335 hp. Namun untuk urusan torsi, ceritanya sedikit berbeda dikarenakan rentang persebaran yang begitu berbeda satu sama lainnya. Keduanya sama-sama memiliki torsi puncak 450 Nm, namun Anda membutuhkan mesin Jaguar untuk menyalak hingga putaran 4.500 rpm demi mencapainya. BMW, di sisi lain, akan menghantarkan torsi tersebut mulai dari 1.380 rpm saja.
BMW telah berusaha banyak memberikan perubahan di balik ubahan kalem pada eksterior Seri-3 terbaru. Bagian suspensi, pengendaraan, dan pengendalian ditingkatkan kualitasnya. Suspensi kali ini dipasangkan ke lima titik bodinya, meningkat dari sebelumnya yang hanya tiga titik. Walhasil pengendaraan menjadi lebih mantap, lebih lincah, dan lebih tegas menopang bobotnya. BMW juga bisa menerapkan per lebih keras tanpa harus mengorbankan kenyamanan berkendara. Lengan suspensi pun telah diperkuat agar mampu mengontrol bodi, berikut twin-tube dampers terbaru sebagai standar, sedankan adaptive damping elektronik hadir sebagai opsi. Active-ratio Variable Sport Steering hadir sebagai opsi. Mobil yang hadir di sini memiliki kedua fitur opsi tersebut.
Jaguar XE S mendekati spesifikasi BMW. Bahkan telah dirancang untuk melewati batasan yang telah dibuat BMW. Selain menggunakan bodi aluminium berbobot ringan, Anda juga akan menemukan suspensi independen dengan adaptive dampers sebagai stnadar, transmisi otomatis 8-percepatan (fitur opsional pada BMW), dan sistem torque vectoring. Jaguar mengklaim bahwa kombinasi double-wishbone di depan dan integral-link di belakang memberikan keuntungan superior untuk penempatan roda, kontrol camber, grip, dan pengendaraan lebih baik daripada BMW.
Kedua mobil hanya berbeda 50 kg untuk bobotnya, dan memiliki kemampuan lari sprint identikal, 5,1 detik dari 0-100 kpj.
Pamer Otot
Ada banyak yang bisa dieksplorasi dari kedua mobil selama dua jam berkendara dari Munich ke perbatasan Austria. Kebanyakan membutuhkan otot terkuat dari kedua mobil dan putaran mesin tertingginya. Membawa dua mobil sport-saloon dengan mesin bensin 6-silinder dan transmisi otomatis yang responsif telah membuat kami merasa begitu dihargai.
Dari semua pendekatan yang kami coba, mesin dan transmisi milik 340i terasa jauh lebih baik daripada XE S. Mesin Jaguar masih tetap berkarisma, dan bahkan di beberapa kesempatan punya taji mumpuni untuk menumpas rivalnya.
Sedangkan transmisinya, keduanya sama-sama menggunakan ZF 8-percepatan otomatis dengan torque converter—walau dipastikan pengaturan keduanya akan jauh berbeda. Kedua mobil berpindah rasio dengan pintar di mode manual, dan begitu cerdas di posisi ‘D’. Keduanya bahkan membiarkan Anda untuk berpindah dua atau tiga rasio secara langsung saat melaju.
Namun mesin 6-silinder segaris BMW yang memiliki otot lebih kekar. Mulai dari putaran bawah hingga di atas 5.000 rpm, Anda tidak bisa menyangkal kalau mesin ini memiliki keunggulan besar. Semua torsi yang telah dihimpunnya di bawah 1.500 rpm—yang sangat berguna saat digunakan sehari-hari di dunia nyata—membuat mobil lebih gesit dibandingkan XE S di semua kondisi.
Mesin 340i mungkin saja menjadi daya tarik terbesar dari keseluruhan mobilnya. Begitu elastis, halus, dan mampu berteriak tinggi—semua hal terbaik yang pernah hadir dari mesin-mesin 6-silinder BMW sejak dahulu kala. Mesin ini pun ekonomis pula. Teknologi turbo modern saat ini lebih efisien dibandingkan supercharging, sehingga perbedaan antara kedua mobil begitu jelas di sektor ini. BMW 340i dengan mudah mencatat konsumsi bahan bakar di atas 10,6 kpl setelah berkendara seharian, sedangkan XE S justru bersusah payah menuju angka tersebut.
Tetapi mesin Jaguar V6 memiliki geraman lebih menggairahkan. Ada perbedaan performa, namun tak begitu kentara antara keduanya. Dengan suara siulan supercharger yang minim, mesin XE S menggeram keras dan merangsang semua indera Anda. Setelah seharian berada di balik kemudinya, Anda akan memaafkan ketidakefisienan mesinnya karena “jiwa” yang muncul dari kinerja 6 blok silindernya. BMW tetap berhak mendapatkan sanjungan, namun seharusnya mereka bisa membuatnya memiliki daya tarik lebih besar.
Di Jalur Pegunungan
Hingga saat ini, pengujian yang dihadapi oleh Jaguar cukup sulit. Kami pun terus menerus mengeksplorasi keduanya sebelum kehabisan jalur arteri, lalu menuju selatan melewati distrik Oberbayern dan melewati jalur-jalur berliku serta naik turun. Anda membutuhkan tikungan-tikungan, hairpin berkecepatan rendah, tikungan cepat yang mengalir naik turun, berikut gundukan serta jalanan yang berlobang untuk mengetahui karakter keduanya lebih dalam. Namlos Pass memiliki semua hal tersebut.
Setelah berjam-jam di sini, kami awalnya menyangka bahwa keduanya akan memberikan kejutan yang begitu tipis dari karakter pengendalian dan pengendaraannya. Namun ternyata hasilnya tak bisa dibilang mirip ataupun dekat. Salah satunya memiliki keakurakatan dan kesempurnaan saat bermanuver, berikut pengendaraan yang mantap sekaligus nyaman. Mobil ini pun terasa sporty di semua pergerakannya. Sedangkan lainnya terasa berat di roda depan, tidak lincah, namun begitu stabil di lintasan lurus.
Mobil “lainnya” tersebut adalah BMW, dan hal tersebut cukup mengejutkan kami. Estimasi awal menunjukkan bahwa mobil ini telah menjalani peningkatan level kedinamisan dari pendahulunya, yang notabene telah menempati posisi teratas.
Tetapi ada beberapa poin sebelum kami terlalu kritis terhadap BMW Seri-3 terbaru ini. Kami tahu, bahwa mesin berkapasitas besar dan roda berukuran besar memiliki pengendalian yang tak sebaik moncong lebih ringan dan ban lebih kecil. Kami juga tahu bahwa BMW modern saat ini begitu sensitif terhadap fitur-fitur opsionalnya. Model 340i yang ada di sini memiliki Variable Sports Steering yang kami benci sejak awal kehadirannya sebagai fitur opsional di Seri-3 terdahulu. Kami masih ajeg dengan pendapat itu, sehingga keputusan kami tetap bulat.
Selain itu, mobil uji BMW ini juga hadir dalam level terendah Sport. Pasar akan mendapatkan model 340i M Sport dengan velg dan ban yang berbeda, meskipun dipasang pada sasis dan adaptive dampers yang sama.
Problem terbesar 340i adalah kemudinya. Seperti sistem “aktif” rasio bervariasi lainnya, BMW mendesain mobil ini agar lebih lincah di kecepatan rendah dengan kemudi lebih tajam, dan terbalik ketika kecepatan semakin meningkat demi alasan stabilitas. Seperti yang telah kami uji di autobahn, sistem ini jempolan. Namun ketika di jalanan pegunungan yang berliku, mobil ini sulit untuk diprediksi tingkahnya. Anda tidak akan tahu berapa banyak input yang harus Anda berikan terhadap lingkar kemudi ini.
Dan tidak hanya itu kekurangan dari 340i. Respon balik dari kedua roda depan pun berkurang, namun Anda mendapatkan keakuratan berkat tambahan asistensi kemudi. Nah, tentang kemudi lagi, bukan? Namun ketika Anda mulai mengenal karakteristik roda depannya, adaptive dampers BMW mulai memberikan rasa percaya diri dari grip yang dihasilkannya. Sayangnya, 340i terasa seperti kurang diolah untuk hal ini; kurang seimbang, masih cenderung understeer, dan di roda belakangnya, mobil ini seolah kehilangan keajaiban yang dimiliki pendahulunya karena tak terhubung sebaik yang bisa diberikannya.
Jaguar justru memberikan kekontrasan begitu nyata terhadap problem BMW tersebut. Dari luar, mobil ini sama sekali tak menunjukkan kedinamisan berkendaranya. Tampilannya memang agresif, dengan velg 20-inci berdesain tajam dan menarik. Dan kombinasi antara suspensi dan kemudinya memberikan pengendalian yang mantap, konsisten, dan tentunya jauh lebih baik.
Mungkin keputusan yang saya tulis datang dari hasil berkendara di level dengan keahlian tinggi, serta kontrol stabilitas dimatikan. Di titik ini saya belum bisa memutuskan. Mobil ini telah dirancang berbasis semua kalkulasi rumit, alih-alih mengandalkan arahan respon konsumen ataupun aktivitas marketing. Semuanya menjadikan Jaguar menjadi sesuatu yang berharga dan sangat mengesankan.
Pemenangnya adalah…
Anda tidak perlu bertaruh, karena sejak awal pertarungan ini sudah berada di tangan XE. Boleh saja Anda berkata bahwa keputusan ini bukanlah yang paling penting—karena varian diesel 4-silinder Seri-3 terbaru akan hadir, dan akan menjadi penantang terkuat di pasar sedan kompak eksekutif di Eropa.
Kontes tersebut akan hadir, namun sesi pengujian saat ini, XE tidak memulainya dari luar lingkaran pertaruhan. Tidak seperti sebelumnya. Jaguar tidak hanya telah memenangkan pengujian ini, namun juga sebagai “driver’s car”, XE S dengan tegas menempatkan batas antara dirinya dengan mobil sekelasnya—bahwa XE S telah memberikan tantangan berarti di level berbeda.
Jaguar XE pun juga terasa komplit. Seri-3 memang memiliki kabin lebih lapang, begitupun bagasinya, namun nyatanya keduanya tak berbeda jauh. Kualitas kabin Seri-3 sedikit lebih baik dibandingkan XE, tetapi kokpit Jaguar lebih kaya dan terasa lebih mewah. Jaguar menjadi mobil yang Anda inginkan untuk terus berada di dalamnya, sekaligus menjadi mobil yang ingin Anda nikmati.
Mobil ini memiliki kredibilitas, jiwa, kemudahan penggunaan, tampilan keren, dan superior dalam hal kedinamisan. Kehadiran XE tak bisa lebih mengesankan daripada ini.
Sumber: autocarindonesia.com
Facebook: Iceberg Window Films
Twitter : icebergwf
Instagram: icebergwf
Facebook: Iceberg Window Films