Jakarta – Kabar yang dilansir situs newswatch33.com itu terdengar meyakinkan dan sekaligus menyeramkan. Mengklaim mengutip laporan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), menurut situs itu, bumi akan mengalami gelap total selama 15 hari mulai tanggal 15 November nanti. Konon, Presiden Barack Obama sudah menerima 1000 halaman dokumen soal peristiwa itu dari bos besar NASA, Charles Bolden.
Bagaimana matahari tak bersinar selama setengah bulan, newswatch33 punya penjelasan yang seolah-olah meyakinkan. Pada pertengahan November nanti, Yupiter dan Venus bakal berada pada posisi nyaris paralel, hanya terpisah satu derajat. Venus akan melintasi sisi barat daya Yupiter, dan entah bagaimana, bakal membuat planet itu bersinar sepuluh kali lebih terang dari Yupiter, planet terbesar dalam tata surya.
Cahaya yang dipancarkan Venus akan memanaskan gas yang menyelubungi Yupiter dan memicu reaksi berantai. Hidrogen yang terlepas dari Yupiter berhamburan ke angkasa, bahkan sampai ke permukaan matahari. Ledakan dahsyat bakal terjadi kala partikel-partikel hidrogen menghujani permukaan matahari. Kontan suhu permukaan matahari melonjak 9.000 derajat Kelvin.
Untuk meredam ledakan, inti matahari melepaskan panas, membuat warna matahari berubah kebiru-biruan. Butuh waktu paling tidak setengah bulan hingga matahari kembali normal. Selama itu pula lah, newswatch33 menulis, matahari bakal meredup dan bumi gelap gulita. Matahari pulih dan bumi terang kembali pada 30 November pukul 4.45 petang. Tak jelas zona waktu mana.
“Kejadian itu mirip yang biasa dialami penduduk Alaska di musim dingin,” Newswatch33 mengklaim mengutip Charles Bolden.
Begitu banyak bolong dalam berita Newswatch33. Peristiwa Venus tampak mendekati Yupiter sudah terjadi pada Juli lalu dan baru akan terulang pada 2023 nanti. Bukan cuma Venus dan Yupiter terpisah jarak jutaan kilometer, menurut Alan MacRobert dari Sky & Telescope, peristiwa ini tak ada pengaruh apa-apa di atas sana maupun terhadap kehidupan di muka bumi.
NASA tentu saja tak pernah merilis dokumen atau pernyataan seperti dikutip Newswatch33. Pengelola Earth Observatory NASA menulis, “Semua kabar itu hanya rumor….NASA tak pernah mengeluarkan pernyataan soal gelap di bumi selama tujuh hari atau 14 hari gara-gara badai matahari.”
Kabar burung seperti itu bukan kali ini saja beredar. Persis setahun lalu, kabar hampir serupa jadi berita panas di internet. Sumbernya sama-sama mengklaim dari NASA. Menurut Huzlers.com, bumi akan diselimuti kegelapan total selama enam hari dari 16 Desember hingga 22 Desember lantaran badai matahari membuat antara matahari dan bumi dipenuhi debu.
Memang tak sedikit berita sampah yang bertebaran di internet menyebarkan kabar palsu soal bencana yang bersumber dari kejadian di antariksa sana. Tapi tak berarti bukan tak ada ancaman bencana dari atas sana. Setelah lebih dari lima tahun suntuk berdiskusi, untuk mengantisipasi ‘bencana’ dari peristiwa di luar angkasa, Gedung Putih akhirnya merilis Rencana Aksi dan Strategi National Space Weather pada Oktober lalu.
Ancaman dari kejadian seperti badai matahari memang bukan omong kosong. Pada tahun 1859, matahari berulah dan melontarkan badai awan plasma dan gelombang elektromagnetik ke planet-planet yang mengelilinginya. Sampai detik ini, para astronom belum benar-benar paham apa yang memicu badai besar di matahari. Gara-gara badai matahari itu, jaringan telegraf di Eropa dan Amerika Utara ngadat selama beberapa hari.
“Aku tak mengatakan bahwa langit telah runtuh…Tapi memang seperti itu, jika kalian melihat jutaan metrik ton partikel dari matahari menghujani bumi,” kata Terry Boston, Presiden asosiasi perusahaan listrik, PJM Interconnection, seperti dikutip Livescience.
Para ilmuwan NASA meramal, badai matahari super besar seperti yang terjadi satu setengah abad silam, mungkin bakal terulang dalam 500 tahun. Jika matahari kembali mengamuk seperti pada tahun 1859, entah seberapa besar dampaknya.
Sumber: detik.com
Follow & Like:
Twitter : icebergwf
Instagram: icebergwf
Facebook: Iceberg Window Films